Dalam Rangka HUT Kabupaten Kubu Raya ke 18 Tahun 2025 Aksi kegiatan nyata pelayanan Publik dari Dinas P3KB Melaksanakan “ Pelayanan KB Gratis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ( IUD dan Implan) "

DP3KB Kubu Raya Gelar Pelayanan KB Gratis MKJP, Dukung Kesejahteraan Keluarga dan Cegah Stunting

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 Kabupaten Kubu Raya, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3KB) Kabupaten Kubu Raya menggelar pelayanan Keluarga Berencana (KB) gratis dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), Kegiatan ini berlangsung di Balai Penyuluh KB Kubu Raya. Kamis, (17/7/2025).

Pelayanan KB MKJP meliputi pemasangan alat kontrasepsi jenis spiral (IUD) dan implan. Hingga sore hari, yang mendaftar pelayanan KB Gratis MKJP berjumlah 76 calon Akseptor, tetapi yang terlayani dari pagi sampai siang 36 Akseptor dan dilanjut sore 17 Akseptor,
Jadi total yg dilayani 53 Akseptor.

Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kabupaten Kubu Raya, Arianto, menilai kegiatan ini merupakan bentuk nyata pelayanan publik dalam mendukung kesejahteraan keluarga.

“KB bukan semata untuk mengurangi kelahiran, tapi lebih kepada perencanaan keluarga agar dapat mengelola kehidupan keluarga dengan lebih baik. Ini wujud dari upaya menciptakan keluarga sehat dan sejahtera,” ungkapnya.

Kemudian Kepala Dinas DP3KB Kubu Raya, dr. Dyah Tut Wuri Handayani, M.Kes., menjelaskan bahwa program ini bertujuan mendorong peralihan penggunaan kontrasepsi jangka pendek ke metode jangka panjang yang dinilai lebih efektif.

“Tujuan dari pelayanan KB MKJP ini adalah meningkatkan cakupan akseptor MKJP agar beralih dari pemakaian suntik atau pil ke metode jangka panjang seperti spiral atau implan. Ini juga erat kaitannya dengan pengasuhan optimal pada 1.000 hari pertama kehidupan untuk mencegah stunting,” ujar Dyah.

Ia juga menekankan pentingnya pelayanan KB pasca salin yang saat ini cakupannya masih rendah di Kabupaten Kubu Raya, yakni sekitar 28 persen.

“Di negara maju, cakupan KB pasca salin bisa mencapai 70 persen. Ini sangat terkait dengan penurunan angka kematian ibu dan bayi, serta pencapaian target zero stunting,” tambah Dyah.

Pelayanan KB ini juga mendapat respon positif dari masyarakat. Salah satu akseptor, Nopia Imaya (34), menceritakan pengalamannya beralih dari implan ke IUD / AKDR.

“Saya coba pindah ke IUD karena ingin yang lebih nyaman. Waktu pakai implan, saya sering tidak haid selama tiga bulan, jadi saya merasa lebih cocok pakai IUD,” ujarnya.

Senada dengan itu, Sri Kuswati (54), yang sudah puluhan tahun menggunakan IUD, berbagi pengalaman serupa.

“Saya pakai IUD sejak anak pertama lahir. Pernah ganti ke suntik satu bulanan karena sempat jatuh, tapi akhirnya balik ke IUD lagi. IUD ini lebih praktis dan menurut saya lebih sehat karena tidak ada obat yang masuk ke tubuh,” jelas Sri.

Melalui kegiatan ini, DP3KB Kubu Raya berharap semakin banyak keluarga yang memahami pentingnya perencanaan keluarga demi kualitas hidup yang lebih baik dan mendukung upaya pencegahan stunting sejak dini.